PEKANBARU – Pengurus DPP Perkumpulan Jangkar Merah Putih (JMP) mendapat kunjungan silaturrahmi dari Diaspora Belanda asal Maluku, David Tupan, di Pekanbaru, Kamis (22/1/2025).
Kehadirannya langsung diterima oleh Ketua DPP Perkumpulan JMP, Hubertus Herminus, dan sejumlah jajarannya.
Hadir juga Ketua Umum DPP Perkumpulan Petani Sawit Bumi Bertuah (P2SBB), Harmen Yunan dan jajarannya.
Sementara pertemuan ini difasilitasi oleh Forum Pemuda Nusa Tenggara Timur (NTT), yang langsung dihadiri ketuanya Yohanes Hiba Ndale dan Sekjennya Masudin Ahmad (Talla).
Dalam kunjungan silaturahmi ini, terjadi dialog yang cukup hangat dan semua pihak saling berbagi informasi. Termasuk membahas potensi bisnis di Belanda dan Indonesia.
Dalam diskusi tersebut, potensi bisnis di sektor persawitan, menjadi pembahasan yang paling menarik, karena memang Riau menjadi daerah yang paling luas kebun sawitnya di Indonesia.
Ketua Umum DPP Perkumpulan JMP, Hubertus Herminus menyampaikan keinginannya untuk membangun akses ke negeri kincir angin Belanda.
Disana ia ingin mengkampanyekan bahwa tata kelola kebun sawit di Indonesia, terutama di Riau sudah memenuhi syarat bekerlanjutan (RSPO).
“Hasil sawit kita juga terbaik di dunia. Untuk itu dunia harus tau, karena Belanda termasuk pihak yang sangat berpengaruh di eropa tentang persawitan,” ujarnya.
Ketua Umum DPP Perkumpulan Petani Sawit Bumi Bertuah (P2SBB), Harmen Yunan menambahkan bahwa saat ini Indonesia sebagai produsen sawit terbesar dunia, dengan hamparan tak kurang dari 17 juta ha kebun sawit.
Dari jumlah tersebut, 4 juta ha berada di Riau. “Artinya, potensi sawit terbesar itu ada di Riau. Sementara di Eropa, Belanda cukup punya pengaruh. Sehingga ini perlu di sinergikan,” ujarnya.
Harmen juga mengungkapkan, pemerintah sebenarnya sudah memfasilitasi berbagai kegiatan sektor persawitan di luar negeri, termasuk di Eropa.
Hanya saja persoalannya, akses ke sana masih terbatas. Untuk itu ia turut meminta kepada diaspora Belanda untuk membantunya membangun akses disana.
“Kita sangat berkepentingan untuk mengkampanyekan hal-hal positif tentang persawitan kita di pasar eropa. Sebab selama ini mereka yang selalu berpandangan miring tentang persawitan kita,” ujarnya.
Ditambahkan, tata kelola persawitan Indonesia terus berbenah. Sehingga proses produksi sudah memenuhi standart mutu, termasuk tidak mempekerjakan pekerja anak dan prosss produksi sudah standart RSPO.
“Hal-hal seperti ini yang mau kita kampanyekan di pasar Internasional,” tambah Harmen.
Sementara Diaspora Belanda asal Maluku, David Tupan, merespon positif apa yang menjadi keinginan Perkumpulan JMP dan P2SBB.
Untuk itu, ia akan pelajari dulu dengan cermat tentang persawitan Indonesia dan regulasi terkait, termasuk regulasi yang ada di Belanda.
Setelah itu dipahami, ia akan membangun akses untuk pihak-pihak terkait, sesuai keinginan JMP dan P2SBB. “Saya pikir ini sesuai yang positif. Untuk itu akan kita coba jajakin,” katanya. (rls)