Artikel & Berita

Dukung Program Ketahanan Pangan Nasional, JMP Sudah Lakukan Pendataan Lahan Sawah Produktif di Riau

Hubertus Herminus

PEKANBARU – Program Asta Cita, yang menjadi salah satu arahan Presiden Prabowo Subianto, kini memang menjadi fokus utama dalam upaya memperkuat ketahanan pangan nasional.

Bahkan perhatian terhadap sektor pangan tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, tapi juga untuk menjaga stabilitas ekonomi daerah.

Ketua Nasional Perkumpulan Jangkar Merah Putih (JMP), Hubertus Herminus, menyampaikan apresiasinya atas program tersebut, karena memang geliat realisasinya sudah terlihat nyata dan sangat dibutuhkan masyarakat.

Untuk itu, pihaknya menyatakan dukungan dan siap membantu pemerintah agar realisasi program yang dimaksud bisa lebih dipercepat.

“Ini program bagus dan kita memang sudah melihat langsung geliatnya di tengah masyarakat. Untuk itu harus kita dukung dan sukseskan,” ujar Hubertus dalam sebuah diskusi di kantornya, Jalan Singgalang, No 42, Pekanbaru, akhir pekan lalu.

Tak hanya dukungan moral, Hubertus melalui organisasinya yang tersebar di 21 provinsi se Indonesia, juga siap berperan aktif di tengah masyarakat, sebagai wujud dukungan nyatanya.

Di antaranya menyukseskan program akselerasi produksi pangan nasional terutama komoditas padi melalui optimalisasi lahan dan cetak sawah baru, yang saat ini memang tengah dilakukan pemerintah, dalam rangka memperkuat ketahanan pangan nasional.

“Untuk optimalisasi lahan dan cetak sawah baru, kita bahkan sudah melakukan pendataan di beberapa titik di Riau, dan potensinya masih sangat besar,” ujar Hubertus.

Ditambahkan, hasil pendataan yang dilakukannya, lahan persawahan yang produktif di Riau masih sangat luas. Ditambah lahan tidur yang juga siap untuk dikembangkan menjadi lahan produktif sawah. Luasannya masih ribuan hektare.

Namun demikian, persoalan umum yang ditemukan di lapangan, persawahan di Riau, sistem irigasinya relatif buruk. Walau infrastrukturnya sudah ada, tapi tidak berfungsi dengan baik.

“Ini tantangan, yang harus kita cari solusinya. Dan umumnya juga, rata-rata masa panen di persawahan Riau, setahun dua kali. Artinya, kalau memang mau ditingkatkan produksinya, tentu harus kita dorong menjadi setahun tiga kali,” tambah Markos, sapaan akrab Hubertus.

Terlepas dari itu, Markos optimis berbagai persoalan itu bisa dicarikan jalan solusinya, karena memang sudah menjadi program nasional pemerintah. Sehingga semua stakeholder akan mengambil perannya secara optimal agar program tersebut sukses.

“Saya pikir persoalan tersebut bukan sesuatu yang serius, karena bisa dicarikan jalan solusinya dan kita siap untuk membantu,” tandas Markos. (bgnnews.co.id)

Scroll to Top